Karya Tulis Siswa TMBB V November 2022 Pembimbing Wenni Wulandari Gustaman, S.Pd SMPN 2 Ngamprah
Karya Tulis Siswa TMBB V
Bulan November 2022
Pembimbing Wenni Wulandari Gustaman, S.Pd
SMP N 2 Ngamprah
Arloji Milik Smith
Suatu hari hiduplah seorang anak SMP
bernama Smith. Inisial adalah anak yang ramah. Sebab itulah Smith mempunyai
banyak teman. Pada hari Senin Smith harus berangkat sekolah. Ia pamit kepada
orang tuanya dahulu, lalu pergi ke sekolah dengan berjalan kaki.
Saat di tengah perjalanan dia terdiam, dia mendengar bisikan
sayup-sayup yang mengatakan,”Arloji, arloji, arloji.” Smith mendengar bisikan
itu hingga 6 kali. Smith pun pergi, ia pun belajar di sekolah seperti biasanya.
Sesudah bel sekolah berbunyi, Smith pun segera merapikan
barangnya dan pulang. Dia kepikiran untuk mencari arloji di tempat rongsok
belakang sekolah. Mungkin arloji itu berguna bagi Inisial.
Setibanya di tempat rongsok, ia pun mulai mencari arloji itu.
Setelah cukup lama mencari, ia pun menemukan arloji yang masih bergerak. Smith
membersihkannya dari debu sambil berjalan pulang ke rumah. Smith melihat tombol
kecil pada arloji yang membuatnya penasaran. Ia pun menekan tombol itu
Ia pun tiba-tiba pergi ke masa lalu yang sangat jauh. Ia
melihat sebuah kerajaan yang kelihatan gelap. Smith pun bertanya kepada
penduduk setempat. Warga di sana kaget karena ia belum pernah melihat orang
seperti Smith berada di sini. Warga mengatakan bahwa kerajaan itu dipimpin oleh
Raja Dukun yang kejam.
Raja Dukun itu bernama Aep Samsudin. Smith bertanya,”Apa tidak
ada orang yang ingin menghentikannya?” Warga mengatakan,”Ada, dia adalah Si
Kuning pemuda yang ingin menghentikan Raja Dukun itu.” Tiba-tiba ada salah satu
warga yang mati seperti disantet. Warga mengatakan itu adalah salah satu
kekuatan Raja Dukun.
Raja Dukun menyusun rencana bagaimana untuk menyingkirkan Si
Kuning itu. Si Kuning terkenal dengan tendangan cahayanya yang begitu sakti
yang dapat menghancurkan gunung. Sepertinya Smith harus mencari cara untuk kembali
ke dunia asalnya. Setelah cukup lama berpikir dan bertanya kepada warga
sekitar, Smith harus mempunyai permata yang berada di punggung Raja Dukun.
Smith pun membantu Si Kuning untuk berperang melawan Raja
Dukun. Smith juga berguru pada Si Kuning agar saat berperang Smith tidak mati
duluan. Mantra yang dapat membunuh Si Kuning adalah,”Hooh Tenan.”
Hari berperang sebentar lagi, dan Smith sudah siap untuk
berperang. Smith sudah berlatih untuk teleportasi menggunakan arlojinya
miliknya. Smith juga membawa pedang yang didapat dari tukang besi. Si Kuning
juga sudah berlatih untuk menggunakan pedangnya yang terbuat dari cahaya.
Hari berperang pun terbit. Si Kuning pun memanggil para
pasukannya untuk bersiap-siap. Raja Dukun pun sudah menyiapkan bala tentaranya
yang sepertinya dari alam kubur. Terompet perang pun berbunyi, pasukan Si
Kuning sudah maju ke area pertempuran dilanjutkan dengan pasukan Aep Samsudin
yang siap menyerang. Bagaikan minyak dan air mereka saling bertolak belakang
dan saling menyerang.
Si Kuning dengan kekuatannya menendang langsung membuat
pasukan Aep Samsudin terpental jauh. Raja Dukun Aep Samsudin pun mengeluarkan
mantra,”Hooh Tenan.” yang membuat sebagian pasukan Si Kuning menghilang entah
kemana. Si Kuning dengan pedangnya menebas seluruh pasukan Aep Samsudin. Aep
Samsudin dengan santet dan mantranya membunuh seluruh pasukan Si Kuning,
kecuali Smith karena Smith dapat teleportasi ke tempat lain.
Dan sekarang yang tersisa hanya Si Kuning dengan Aep Samsudin
saja. Aep Samsudin membacakan mantra,”Hooh Tenan.” Si Kuning berlari mendekat
ke arah Aep Samsudin sambil menangkis mantranya dengan pedangnya. Saat ingin
menebas Aep Samsudin, Aep Samsudin pun membaca mantra lagi,”Panjenengan mau
berobat?” Itu membuat pedang Si Kuning terpental jauh.
Smith mengambil kesempatan itu untuk mengambil pedang milik Si
Kuning. Smith pun langsung teleportasi ke belakang Aep Samsudin, lalu
menusuknya dengan pedang. Keluarlah abu dari tubuh Aep Samsudin, lalu jatuh
sebuah permata bewarna merah. Aep Samsudin pun lenyap. Smith mengambil permata
itu dan langsung menaruhnya pada arloji. Smith memberi ucapan selamat tinggal
dan berterima kasih kepada Si Kuning. Si Kuning pun berterima kasih karena
telah membantunya.
Smith menekan tombol arloji lagi, dan tiba-tiba Smith berada
di sekolah saat jam terakhir. Smith pun merapikan barangnya lagi dan pulang.
Kali ini Smith tidak mencari arloji mungkin karena Smith menyesal saat menekan
tombol itu. Smith pun menjalankan harinya seperti biasanya.
Kisah Pohon di Bukit Estrella
Pengarang:
Liskris Dayanti Bu’ulolo
Pada suatu hari ada sebuah pohon beringin yang terletak di sebuah bukit yang bernama bukit Estrella. Pohon beringin itu terlihat tidak terawat, berbeda dengan pohon dan tanaman lain nya di sekitar hutan tersebut yang terlihat bersemi dan terawat.
Konon katanya, pohon beringin tersebut bisa berbicara dan memiliki sebuah kekuatan yang tidak diketahui siapapun. Tetapi warga di sekitar bukit Estrella banyak yang tidak mempercayai hal tersebut, karena banyak yang berfikir bahwa bagaimana cerita nya pohon bisa berbicara dan memiliki kekuatan? Hal itu membuat beberapa warga menganggap bahwa rumor itu sangat konyol dan hanya berita palsu. Dan kalaupun beritanya benar, itu akan terkesan sangat mengerikan dan menakutkan. Tetapi ada dua teman orang yang memiliki rasa penasaran yang tinggi, nama nya adalah Alden dan Genandra. Selain memiliki rasa penasaran yang tinggi, Alden dan juga Genandra sangat menyukai hal-hal berbau mistis. Rumor tentang pohon beringin yang bisa berbicara dan memiliki kekuatan membuat Alden dan Genandra tertarik untuk membuktikan apakah rumor itu benar atau tidak. Apalagi rumor itu terlihat sangat menarik sekaligus menakutkan bagi Alden dan Genandra.
Setelah beberapa hari mencari tau keberadaan pohon beringin tersebut, akhirnya Alden mengetahui keberadaan pohon beringin itu. Setelah mengetahui letak absolut pohon tersebut Alden langsung memberitahu Genandra untuk mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk ke bukit tersebut. Setelah mereka sudah selesai bersiap, lalu mereka langsung bergegas untuk berangkat ke bukit Estrella. Sesampai nya di bukit Estrella, Alden dan Ganendra bergegas untuk menuju ujung bukit tersebut dan memulai misi mereka mencari tau tentang pohon tersebut.
Saat sampai di ujung bukit tersebut, Alden dan Ganendra langsung melihat sebuah pohon beringin besar yang terlihat layu dan terlihat akan mati. Mereka pun langsung menyadari bahwa pohon tersebut adalah pohon yang mereka cari-cari. Setelah itu mereka langsung menghampiri pohon tersebut. Tetapi sebelum benar-benar akan memulai aksi mereka, Alden dan Ganendra akan merawat pohon tersebut terlebih dahulu sampai pohon itu kembali berseri dan kembali hidup seperti pohon dan tanaman lain. Dan tentu nya sekaligus mencari tau tentang kebenaran rumor pohon tersebut.
Sudah sekitar 3 jam, Alden dan Ganendra berada di sana, mereka sudah melakukan beberapa hal yang bisa dibilang bermanfaat dan juga menguntungkan bagi lingkugan sekitar. Dari mulai mencabuti tanaman liar yang ada di sekitaran pohon beringin tersebut, memberikan pupuk, menyirami pohon beringin itu, sampai membersihkan lingkungan yang ada di sekitaran pohon tersebut dengan cara bekerjasama. Setelah selesai melakukan beberapa hal untuk merawat kembali pohon tersebut, Alden dan Ganendra berniat untuk kembali pulang, tetapi karena hari sudah mulai gelap akhirnya mereka memutuskan untuk berkemah di bukit tersebut selama satu malam. Sebenarnya mereka berdua sudah menyiapkan semua hal tersebut dengan matang dari jauh jauh hari. Jadi jika ada hal yang mendadak seperti ini, mereka tidak akan panik dan kebingungan.
Satu malam telah berlalu, pagi hari pun tiba. Mereka langsung segera bergegas untuk membereskan kembali alat-alat kemah yang mereka pakai. Setelah itu langsung bersiap-siap untuk kembali pulang ke rumah agar bisa membersihkan diri. Setelah mengantar Genandra sampai rumah, Alden langsung pulang ke rumah nya sendiri.
Saat sudah sampai di rumah masing-masing, Alden maupun Genandra langsung membersihkan diri lalu makan untuk mengisi perut masing-masing dan kembali menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk besok kembali ke bukit. Sesudah Alden selesai membersihkan diri dan siap-siap, Alden langsung menuju rumah Ganendra untuk menginap di rumah nya, agar besok bisa langsung menuju ke bukit bersama-sama.
Alden membutuhkan
waktu sekitar 15 menit untuk sampai di rumah Genandra, setelah sampai di rumah
Genandra, Alden langsung mengetok pintu rumah Genandra lalu Genandra membuka
pintu tersebut.
“Eh Alden, kamu ngapain di sini malam-malam?” Tanya Genandra
kepada Alden.
“Oh iya, maaf aku lupa ngabarin kamu Nan. Malam ini aku nginap
di rumah kamu ya? Biar besok kita ke bukit langsung bareng-bareng, jadi ga
ribet.” Jawab Alden kepada Genandra.
“Oh oke Al, ayo masuk.’’ Balas Genandra, lalu Genandra mengajak Alden untuk masuk ke rumah nya.
Pagi hari telah tiba, mereka berdua terbangun karena suara alarm. Saat sudah bangun Alden menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Sedangkan Genandra memanaskan mobil untuk mereka pergi nanti, setelah itu mereka sarapan bersama.
Sekitar setengah jam di perjalanan, akhirnya mereka sampai lagi di bukit tersebut dan mereka bergegas untuk menuju ke ujung bukit nya. Mereka kembali membereskan lingkungan sekitar pohon itu lagi. Dan saat sedang beres-beres, Genandra tidak sengaja mendengar samar suara isak tangisan, dan hal itu terdengar sangat menakutkan. Lalu setelah nya Genandra langsung memberi tau hal tersebut kepada Alden. Dan setelah mendengar kejadian itu, rasa penasaran mereka semakin tinggi.
Sudah beberapa minggu setelah kejadian itu, mereka selalu mengunjungi bukit tersebut hanya untuk mencari tau tentang misteri dan rumor di balik pohon tersebut
Di suatu hari
saat mereka sedang berada di bukit, mereka merasakan ada hal yang janggal. Mereka
seperti mendengar suara tangisan lagi. Saat mereka mendengar suara tangisan
tersebut, mereka langsung mencari sumber suara itu. Ternyata itu adalah suara
tangisan pohon beringin tersebut, suara tangisan itu terdengar sangat memilukan
sekaligus mengerikan. Mereka sempat terkejut karena ternyata rumor tentang
pohon itu benar, tetapi mereka tetap berusaha untuk tenang. Lalu mereka
teringat bahwa ada rumor tentang pohon itu juga bisa berbicara, akhirnya mereka
mencoba berkomunikasi dengan pohon tersebut.
“Hei, kenapa kamu menangis?” Ucap Ganendra untuk memulai
pembicaraan.
“Eh.. A-aku tidak apa-apa’’ Balas pohon tersebut sambal terbata-bata.
Mereka kembali terkejut karena rumor tentang pohon itu bisa
menangis dan berbicara benar ada nya. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali
mengobrol dengan pohon tersebut untuk sekedar berbasa-basi.
“Kamu.. beneran bisa bicara?” Tanya Alden sembari memasang
ekspresi tidak menyangka.
“Ekhm, aku memang bisa berbicara. Kenapa? Ada yang aneh ya?..”
Jawab pohon tersebut.
“Hehehe, ga ada yang aneh ko. Aku dan Ganendra hanya sedikit
terkejut. Maaf kalau ekspresi dan tanggapan kami membuat kamu tidak nyaman.”
Balas Alden.
“Oh.. Begitu ya, tidak apa-apa ko. Aku tidak tersinggung ataupun merasa tidak nyaman dengan tanggapan kalian, santai saja.” Ucap pohon beringin tersebut.
Sesudah berbincang-bincang selama beberapa menit, akhirnya pohon beringin itu mengucapkan terima kasih kepada Alden dan Genandra karena sudah merawat dia dan lingkungan sekitar nya. Alden dan Genandra pun merasa sangat senang karena bisa membuktikan benar atau tidak nya rumor tentang pohon tersebut. Dan ternyata rumor tersebut adalah benar.
Selang beberapa hari, berita tentang kebenaran pohon beringin tersebut tersebar luas, sehingga para warga terkejut. Tetapi ada Sebagian warga yang tetap tidak percaya sekaligus menentang tentang kebenaran rumor tersebut, dan sebagian ada yang percaya. Akhirnya untuk membuktikan lebih jelas lagi, sebagian warga yang tidak percaya berniat untuk menebang pohon itu. Karena mereka berfikir jika pohon itu ditebang pasti pohon itu akan menangis lalu memohon kepada mereka agar dia tidak ditebang, tetapi jika rumor itu palsu pasti pohon itu tidak akan bereaksi apapun.
Akhirnya Sebagian warga yang ingin menebang pohon itu mendatangi bukit tersebut, lalu menyiapkan alat-alat untuk menebang pohon beringin itu. Tetapi saat ingin ditebang tiba-tiba ada angin kencang dan juga tiba-tiba hujan deras turun serta beberapa pohon tumbang. Mereka kebingungan, bukan nya tadi cuacanya cerah? Mengapa tiba-tiba jadi hujan deras begini? Apa pohon itu murka jadi tiba-tiba semua jadi begini? Beberapa pertanyaan dari sebagian orang tersebut membuat suasana menjadi semakin ricuh.
“KENAPA KALIAN SANGAT SUKA MENGANGGU KU?!” Murka pohon tersebut kepada warga-warga yang ada di sana. “MEMANG APA GUNANYA KALIAN MENEBANG KU?! DAN APA GUNA NYA KALIAN MERUSAK EKOSISTEM?! Aku.. Aku selalu berusaha sabar terhadap manusia seperti kalian, aku berusaha sabar saat kalian dengan seenaknya menebang pohon-pohon yang ada di sekitar sini. Aku selalu berusaha untuk tidak murka seperti ini-” Jeda pohon tersebut. “Tapi kalian selalu saja memancingku untuk murka. Aku sudah berusaha sabar dan berusaha untuk tetap kokoh. Tetapi manusia-manusia tidak punya hati seperti kalian malah membuat ku murka.” Lanjut pohon tersebut.
Para warga
terlihat sangat terkejut, apalagi dengan keaadaan berangin serta hujan deras
seperti ini. mereka benar-benar tidak menyangka kejadian seperti ini akan
terjadi.
“HEI POHON BERINGIN, MAAFKAN KAMI JIKA PERLAKUAN KAMI TERHADAP
MU SANGAT BURUK, TOLONG KEMBALIKAN CUACA NYA MENJADI SEMULA! ” Sahut salah satu
warga tersebut.
“”YA! ITU BENAR, KAMI BERJANJI TIDAK AKAN MERUSAK EKOSISTEM LAGI! KAMI JUGA BERJANJI UNTUK TIDAK MENEBANG POHON SEENAK NYA!” Ucap warga lain nya.
Setelah beberapa
warga memohon agar pohon tersebut bisa mengendalikan emosi nya, akhirnya emosi
pohon tersebut mereda. Lalu pohon tersebut dan para warga yang tadi nya ikut
berencana ingin menebang pohon beringin itu membuat perjanjian yang disepakati
bersama. Agar ke depan nya tidak terjadi lagi kejadian seperti ini.
TAMAT.
Comments
Post a Comment